Saturday, 4 May 2013

once upon a time at the high place

Sekarang banyak mahkluk lainnya yang mencibir keberadaanku. Terutama makhluk-makhluk tinggi yang aneh tersebut. Jadi enggan untuk berkelana melompat-lompat senang ria. Tidak hanya ketakutan namun keberadaanku bisa saja membunuh diriku sendiri. Jadi lebih baik terdiam. Suatu hari di masa laluku, pernah menjadi mahkluk yang menggemaskan makhluk-makhluk tinggi tersebut, namun bentuknya agak pendek, dan mereka sering sekali menangkapku. Tapi ragakupun tidak kuasa untuk menolak pertumbuhan alamiah menjadi diriku yang sekarang. Tak apalah, yang terpenting aku pernah membahagiakan makhluk-makhluk tersebut di masa lalu. Namun aku sebenarnya tak akan menganggu siapapun, jika keberadaanku tidak diganggu. Bahkan walaupun makhluk lain menyerangku, aku tak kuasa untuk membalasnya. Biarkan saja aku menjadi damai, padahal tubuhku tak seburuk yang mereka kira. 

Aku baru saja menghampiri bunga mawar tersebut. Bunga ini adalah bunga favoritku, banyak sekali air didalamnya. Syukur yang hanya bisa aku katakan dan lakukan, karena bagaimana bisa kebutuhanku kini dapat bisa membantu penyerbukan pada bunga-bunga yang aku hinggapi. Jadi aku tak perlu mengakhiri usia makhluk lain untuk memperpanjang usia diriku sendiri. Dulu aku pernah berangan-angan dan tak henti berdoa untuk mewujudkan angan-angan tersebut. Seluruh makhluk mencibir dan membunuhku, mereka kira aku akan membunuh mereka, bagaimana bisa makhluk kecil sepertiku dapat membunuh mereka dalam hitungan detik. Bahkan untuk berjalan saja aku membutuhkan beberapa menit dalam jangkauan puluhan sentimeter saja. Kala itu aku tertidur lelap dan panjang sekali. Baru aku sadari setelah aku bangun dan terkagum-kagum saat melihat raga diriku sendiri dalam genangan air. 

Anak kecil tersebut mengatakan apa yang ibunya katakan bahwa setiap detik hembusan nafas, setiap kali kedipan mata, setiap kali air mengalir harus patut disyukuri. Karena tak ada seorangpun yang dapat memprediksi apa yang terjadi esok hari bahkan satu menit kedepan. Saat anda menjadi bagian roda atas yang mendapat giliran untuk bersantai dan dapat melihat apapun yang ada disekelilingnya jangan terlalu terngiang dan lupa waktu karena sebentar lagi dirinya akan menjadi bagian roda bawah kembali. Kemudian janganlah bersedih dan berputus asa karena dirimu akan menjadi bagian roda atas wahai roda bawah. Hidup ini terus berputar nak. 

Aku terus teringat apa yang dikatakan ibu dimasa itu, namun aku seringkali berpikir bahwa kali ini pepatah yang mengatakan orang yang dapat diajak untuk bersenang-senang itu mudah ditemukan, yang diajak bersulit-sulit lah justru yang sulit dijumpai. Hal ini berbalik begitu saja, banyak orang yang dapat diajak untuk bersedih senja, namun sekarang tak banyak orang yang ingat untuk mengajak orang lain dalam merasakan kebahagiaan. 

Kedua makhluk itu tak pernah menyalahkan takdirnya, ia hanya ingin dimengerti oleh makhluk lainnya, begitupun anak tersebut ketika ia tumbuh dewasa

Friday, 3 May 2013

Basa dan basi

Kian hari kian terlihat mana sebenarnya orang yang tulus dan tidak. Which mean yang tidak adalah hanya saat ada butuhnya saja ia mendekat, jika tidak s/he fade away. Saya mungkin orang yang senang berbasa basi, tapi bukan berarti saya flatterer. Saya dibesarkan di keluarga yang penuh akan affection. Ibu dari keluarga sunda yang sudah jelas banyak berbasa basi. Tamu yang datang kerumah saja disuruh mencicipi makanan dirumahnya a.k.a makan oleh ibu, tidak pandang bulu, tidak pandang waktu yang dimiliki tamu. Salah juga memang, tapi itulah Ibu kakak tertua dari ke sembilan adiknya yang berdarah sunda asli. Setelah mengenyam pendidikan saya majoring in psychology di tahun keempat ini saya jadi sering memikirkan terus menerus mengenai family matter di keluarga besar saya. Jadi obrolan saya ini bukan karena omong kosong belaka. Ibu yang diajarkan oleh kakek nenek saya a.k.a ibu dan ayah dari ibu untuk selalu sopan dan santun kepada orang lain. Jika berbicara hal yang baiknya saja sudahlah itu memang baik, namun hal tersebut terkadang saya rasakan kerugiannya. Bukan persoalan materi, tapi waktu. Entahlah, saya adalah produk di jaman sekarang dan tidak murni keturunan darah sunda asli. Terkadang memang harus kita berbasa-basi tapi adakalanya juga tidak perlu. Namun bukan berarti tidak perlu begitu saja, maksudnya tidak perlu yang berlebihan. Menjadikan orang-orang yang ada dirumah harus selalu menjunjung tinggi tamu datang. Sampai-sampai aktivitas saya sendiri harus saya hentikan sejenak, sudah mengganggu bukan ?

Ayah saya merupakan asli keturunan jawa tulen, kampungnya ada di solo. Namun ayah saya sudah hijrah ke bandung semenjak SMA bersama keluarganya. Pribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung ternyata tidak berlaku untuk Ayah saya, karena walaupun ia tinggal di tatar sunda, tetap saja ketika masuk kerumah semuanya serba berbau adat jawa, maksudnya kebiasaan life matter. Ayah saya tahu takaran basa basi yang seharusnya dilakukan pada siapapun. Sejujurnya saya senang akan pola ini, namun ia tidak bisa bersikap lembut dan hangat kepada siapapun, hanya beberapa orang saja. Terkadang ketika seseorang bersikeras untuk mempertahankan apa yang merekat pada dirinya tidaklah menjadi baik. Apapun keadannya terkadang seseorang perlu merubah pola sikapnya karena keadaan seseorang diluar sanapun pasti akan merubah pola sikapnya terhadap kita. Jadi jika demikian akan imbang bukan ? 

Sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Saya dijadikan patokan akan keberhasilan keluarga dari ayah saya. Bagaimana tidak, semua anak dari adik ayah telah berhasil baik itu di dunia pekerjaan maupun pendidikan. Sebagai anak laki-laki saya tidak suka untuk melukai siapapun, maka dari itu saya selalu menjawab "ya" pada setiap permintaan yang ditujukan pada saya. Saya pikir ini adalah hasil dari pola asuh yang diterapkan kepada saya. Selain itu juga saya orang yang gila hormat, bukan berarti saya sangat ingin dihormati. Tapi sebaliknya saya sangat menghormati pada siapapun sosok otoritas. Unik ternyata budaya yang diturunkan dari ayah dan ibu saya, yang kemudian menghasilkan sifat pada diri saya. Hal ini menjadikan saya sangat senang untuk berbasa-basi. Namun saya garis bawahi lagi bahwa saya bukanlah flatterer. Menurut saya basa basi yang cukup itu baik, hal ini seperti pembukaan yang baik jika kita diminta untuk membuat percakapan dalam mata pelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar. Ya, ataupun sebagai welcome speech yang sering dilakukan oleh master of ceremony pada acara-acara. Atau sebagai 1st impression pada situasai apapun dan siapapun orangnya. Namun saya tidak habis pikir pada orang-orang yang tidak memiliki manner yang straighly to the point. Saya mengerti bahwa tidak ada satupun orang yang diciptakan sama, semuanya berbeda. Namun need to underline tidak semua orang bisa menerimanya. Basa basi berlebihan memang tidak diperlukan, yang terpenting kita tahu porsi mana yang sesuai dengan orang yang kita hadapi untuk berbasa basi. 

Wednesday, 1 May 2013

dewasa

Baru tahu makna dari orang spesial itu penting buat orang dewasa, entah itu kerabat, keluarga hingga orang yang dicinta. Karena permasalahan-permasalahan yang dimiliki orang dewasa sudah cukup menyita banyak waktu, tenaga, materi sampai pikiran. Hari-hari mereka dilalui dengan hal yang sama seperti itu, monoton. Maka dari itu penting punya waktu luang di akhir pekan. Entah itu beristirahat atau menghabiskan waktu bersama orang orang spesialnya. Hal terpenting adalah merasa orang-orang terdekat selalu ada untuk mereka sudah cukup rasanya, yang terpenting adalah rasa kebersamaannya. Konteks aktivitasnya bisa apa saja. Maka dari itu orang dewasa membuka banyak koneksi bagi bisnisnya, tapi sulit untuk orang-orang terdekat. Mereka akan terus bersama orang-orang terdekat dengan ikatan emosional yang sudah terbangun sejak lama. Gampang untuk mencari teman sekedar berbagi cerita, yang sulit yang long lasting. Sudah tidak ada persoalan untung atau rugi bagi mereka, yang terpenting adalah saling memenuhi kebutuhan setiap orang terdekatnya, yang masih bisa dikerjakan akan mereka lakukan. Tapi bukan berarti yang tidak bisa dikerjakan, akan dilepaskan begitu saja. Dilepas setelah usaha yang serius sudah buntu, apa dikata. Semakin hari akan gugur satu persatu siapa sebenarnya yang sesuai. Layaknya remaja, mereka tidak perlu tempat mewah untuk bercanda gurau atau bersedih senja. Hal terpenting adalah seberapa penting diri kita dimata mereka, hingga yang menentukan penting atau tidak jumlah dari anggota yang tidak pernah berkurang untuk selalu menepati janji di akhir pekan untuk menghabiskan waktu. Mereka tidak butuh komunikasi yang menetap terus menerus. Terkadang jika demikian, bosan yang tersisa. Anda tahu ? hal ini diibaratkan layaknya kisah termahsyur anjing hachiko di jepang yang setia terhadap tuannya. Ini perumpamaan bagi mereka yang memiliki ikatan emosional dengan siapapun. Hachiko tidak berbicara, atau bahkan dapat menyelesaikan permasalahan tuannya, yang terpenting adalah keberadaannya yang menenangkan sudah cukup. Mereka akan siap sedia menangkap jikalau kita terpelanting sangat jauh. Layaknya bintang, mereka tetap ada walaupun malam berganti siang, atau malam berganti awan mendung. Tapi persoalan demi persoalan muncul, hal tersulit ada pada masa-masa transisi menuju kedewasaan itu sendiri. Tidak usah mempermasalahkan orang terdekat dahulu. Permasalahan yang menjadi tanggung jawab sendiri kian hari kian bertambah. 

Hal terpenting adalah saat menjadi dewasa bersama orang-orang terdekat yang mengerti keadaannya.

Monday, 29 April 2013

something different

Entah apa yang ada dipikiran anak kecil itu pada saat itu, hanya duduk sendirian di taman bermain taman kanak-kanaknya, dan memakan makan siangnya sendiri. Entah apa yang ada didalam pikirannya setelah malaikat yang selalu mengantarnya pergi tersebut terbang ke tempat yang tak berbatas. Mengapa untuk buang air kecil saja ia malu ? sekedar hanya berjalan ke kamar kecil saja. Dan akhirnya celananya basah. Memang layaknya semut merah yang masuk pada koloni semut hitam. Walaupun ia tumbuh menjadi semut merah perkasa, tetap saja tinta pada kertasnya membekas. Ia berusaha untuk menjadi sama, ia mencoba men-cat tubuhnya menjadi hitam, namun tetap jiwanya tidak hitam. Merah. Hingga sekarang tetap merah. Menjadikan semut itu takut untuk kehilangan satu perhatian saja dari koloni barunya. Karena ia takut akan kesendiriannya terjadi kembali. Menjadikannya sangat lemah, namun tak ada satu semutpun yang mengiranya lemah. Tak seekor pun. 

Sekarang dari sini ia terlihat sedang berusaha membawakan 2 butir gula putih dengan susah payah untuk teman-temannya

even the largest objects in the galaxy isn't able to illuminate the earth at a time

Matahari tak pernah berhenti memberikan hantaran cahaya nya pada si bumi. Malam yang berganti hanyalah bumi yang enggan berdiam diri. Tak pernah ku dengar jeritan se menyeruak tadi, jeritan yang membasahi zat, bumi beserta isinya. Semua makhluk mahkluk terheran-heran ada gerangan apa yang terjadi. Segalanya berubah begitu cepat hingga rasanya terlambat untuk bangun dan mengejar cahaya. Jeritan itu mengalahkan cahaya. Jadi enggan untuk bergeliat. Aku dan ia sama-sama terpaku menamparkan kekuatan daya diri. Dunia ini begitu cepat bergerak, hingga tak sadar akupun ikut bergerak menjunjung kesempurnaan. Layaknya bumi yang enggan bersantai sejenak untuk berbaring. Ia pun terus berputar sehingga setiap guratan cahaya mengukir di bagian terdasar bumi. Gelap dan terang. Terang dan gelap. Aku ingin berhenti, agar semuanya ikut berhenti. Agar sejenak menikmati setiap helaan nafas, setiap pembesaran pupil, setiap gerakan kepala, setiap langkah kaki yang menuju pada keabadian. Cepat, cepat sekali kau bergerak, berhenti tolong, aku berkata berhenti dan tolong. Semuanya terlihat buruk, tidak baik. Aku hanya tak ingin menjadikan terangku menjadi gelapnya mereka. Namun tidak ingin menjadi tak berbayang. Bagaimana bisa cahayamu menyinari seluruh bagianku, wahai matahari. 

Ada seorang anak yang sedang menghafalkan bagian rumit pada pelajaran matematikanya; perkalian.

Sunday, 23 December 2012

Once in my life time

Hari ini, 22 Desember 2012, tepatnya semua orang di dunia celebrate the day, karena hari ini adalah hari Ibu. Semua orang mempunyai ibu, maksud saya semua orang lahir dari rahim seorang Ibu, benar ? iya jadi saya tegaskan semua orang mempunyai ibu. Hanya saja yang mereka merasakan dan memaknakan wanita kuat ini dengan pandangan yang berbeda. 

Once in a life time, hehe. Saya nggak maksud untuk mengumbar kisah pribadi keluarga saya. Tapi saya saja tidak ingat kapan ayah dan ibu saya melakukan hal yang romantis dan hangat didepan mata saya. Entahlah, atau mungkin tidak pernah ? 
Seketika sewaktu saya akan berangkat kuliah dan mencium salam ayah dan ibu saya, ritual yang wajib dilakukan, dan kalau saya lupa untuk mencium tangan ayah dan ibu, saya bisa balik lagi kerumah walaupun sudah dijalan, entahlah rasanya kurang saat saya menjalani aktivitas saya jika saya lupa. Karena saya yakin ada doa diucapkan lebih saat saya mencium tangan mereka, meskipun doa mereka akan mengalir pada anak anaknya, itulah yang dimaksud kasih sayang orang tua sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.

Well, balik lagi ke cerita awal. Keluarga saya memang bukan tipe keluarga yang hangat satu sama lain, bahkan saat ada anggota keluarga yang ulang tahun, nggak ada perayaan khusus bahkan nggak pernah dikasih selamat. Entah gimana jalannya kebiasaan itu, padahal wkt saya kecil dulu, saya sering merayakan ulang tahun dirumah dan mengundang teman teman saya untuk datang kerumah. Ini sih salah satu contoh keluarga saya yang tidak hangat.

Hal lain yang menjadi main topic yang ingin saya ceritakan adalah, saat ayah dan ibu saya selalu berkelahi setiap hari, sehingga dirumah selalu saja ramai percecokan, ini yang dimaksud "awet rajet". Pernikahannya memang bertahan, hanya sering terjadi percecokan dalam pernikahannya.. Hanya saja saya merasa aneh sekaligus senang, saat saya mengucapkan selamat hari ibu kepada ibu saya saat saya akan berangkat ke kampus, kemudian disusul oleh ayah saya yang mencium kening ibu saya, saat saya sudah membalik badan dan berjalan menuju garasi, pada kala itu saya pura pura tidak melihat, biarkan lah seperti itu agar bertahan sedikit lebih lama. Senang rasanya, melihat mereka seperti tadi. Saya lupa kapan saya terakhir melihat mereka memperlihatkan rasa sayang dan cinta satu sama lain, tapi biarlah pemikiran itu saya putuskan. Jadi 22 Desember 2012 ini adalah hari saya melihat dimana mereka sangat harmonis, dan saya tentunya tidak akan lupa jika nanti di masa depan saya mengingat kembali "kapan terakhirnya". 

God, let them to stay long life, so I never useless to be the great son from them, . . . soon. Wait for me, I'll make them anything for what they want :  )

Sunday, 9 September 2012

Men is planing but God is Laughing

            Hello reader, selamat sore. Gimana hari kalian hari ini? Berjalan sesuai dengan rencanakah? Yep, so I hope from the deepest heart moga-moga hari kalian lebih baik dari apa yang kalian bayangkan sebelumnya. Well, kalau ngomongin tentang hari ini, hmm... perasaanya bercampur aduk. Oiya ini blog sebenernya lanjutan dari blog lanjutan yang dibawah ini. Dulu gw pernah janji mau tulis blog lanjutannya atau part 2 nya. Hari ini dimulai dari mimpi sekitar 2 tahun yang lalu, saat gw ingin sekali mengikuti suatu kompetisi tersebut tapi ternyata gw baru berani mengikuti kompetisi tersebut hari ini, alias 2 tahun setelahnya. Dan persiapan untuk hari ini udah gw persiapkan matang-matang dan jauh jauh hari, dari mulai fitnes, terus belajar kebudayaan, dokter gigi dan lepas kawat gigi, sampe ke dokter kulit, dan lain lainnya, kira-kira udah 4 bulan yang lalu. But by the way saat hari hari yang ditunggu itu akhirnya akan datang, di minggu minggu menjelang hari ini datang, gw kena flu, batuk, demam, dan gejala typus, memang akhir akhir ini gw kurang menjaga kesehatan, alhasil kaya begini kondisi badannya, ambruk. Tapi tidak mengurungkan niat tersebut, akhirnya dengan berusaha mati-matian gw siapin semuanya dalam keadaan sakit dan bahkan sampai hari ini pun saat hari yang ditunggu tunggu datang masih aja sakit.
                Ajaib.. kenapa ajaib? Karena semua orang yang ada disekitar gw, sangat mendukung dengan penuh totalitas. Keluarga gw, dari mulai papah yang pinjemin property kesana kemari, lalu ibu yang semaleman H-1 masih aja rapihin jahitan baju gw sampe jam 1 malem belum tidur, sampe sampe kakak sama suaminya yang dari jauh-jauh hari ikut-ikutan cariin baju juga untuk gw. Belum lagi temen-temen gw yang sering banget ingetin gw, entah ngomong langsung atau pun hanya sekedar lewat BBM, untuk jaga kesehatan, tetap semangat, tetap belajar, semua hal yang berkenaan dengan dukungan. Semuanya sangat excited akan keikut sertaan gw dalam ajang ini, (Apalagi gw yah.. :D). How lucky I am, having a little family, little friend, but I’ve felt a tons of happiness came into mine. Jadi jangan sampai menyia-nyiakan kepercayaan mereka untuk gw.
                Sampe hari H akhirnya tiba, yaitu hari ini. Gw ngerasa udah done semuanya, persiapan materi, baju, dan segala hal yang berkaitan dengan kompetisi ini. All has been prepared! Gw bangun shubuh dengan sangat excited campur nervous, semuanya campur aduk. Dan akhirnya gw memberanikan diri untuk pergi sendirian, enggak di anter bokap atau nyokap biar mandiri dan merasakan rasa excited dan nervous nya sendiri juga. Sesampainya disana, gw jadi peserta pertama yang dateng, disusul oleh peserta lain satu orang. Akhirnya kita kenalan, dan ngobrol-ngobrol satu sama lain karena semakin banyak yang datang. Memang tinggi badan gw saat itu tidak memenuhi syarat, tapi who know, Men have plan but God is laughing. Jadi walaupun tinggi badan gw tidak memenuhi syarat tapi gw punya sesuatu yang orang lain enggak punya. Well, babak penyisihan pun tiba, gw kebagian kelompok 18, dan bareng-bareng dengan orang orang yang pinter pinter menurut gw, sesi pertama itu bentuknya FGD. Jadi gw barengan sama keempat cowok lainnya. Saat memasuki ruangan, suasana dinginpun menyergap, entah mengapa gw ngerasa pusing, dingin banget, mungkin efek tegang dan sakit. Ketika kami berempat sudah duduk membentuk sebuah lingkaran, dan diberi suatu masalah mengenai pariwisata kota Bandung,kami pun berargumen satu sama lain, meyanggah satu sama lain dalam 3 bahasa, bahasa Indonesia, bahasa sunda, dan bahasa inggris. Setelah 15 menit berlalu, akhirnya sesi tersebut selesai dan kami kembali ketempat semula.
                Sesampainya ditempat semula, kami berempat duduk lagi berjajar karena kami adalah kelompok terakhir untuk babak tersebut pada saat itu. Kegiatan selingan pun berlalu satu demi satu, hingga akhirnya datanglah pengumuman, yang membuat para peserta satu auditorium tegang. Diumumkanlah 24 besar untuk laki-laki dan 24 besar untuk perempuan, jadi ada 24 pasang laki dan perempuan. Tibalah satu-satu dipanggil oleh dewan juri yang masuk. Dari 33 peserta laki-laki aka nada 9 orang yang tersisih, dang gw gak terbayangkan bahwa 9 orang yang tersisih itu diantaranya gw. Tibalah sampe pada pemanggilan ke 24 untuk laki-laki, dan masih bukan nomer gw yang dipanggil. Sudahlah berarti gw enggak masuk ke 24 besar, betapa kesalnya gw disitu. Sementara rekan rekan ketiga yang duduk berjajar tadi dipanggil seluruhnya, jadi sekarang yang duduk disitu tinggalah gw, yang notabennya gak masuk. Perasaan gw pada saat itu sangat bercampur aduk, anger, sedih, kecewa, semuanya.  Dari mulai menyalahkan diri sendiri, hingga mempertanyakan sebenarnya apa yang dicari oleh juri pada saat itu, karena peserta yang tidak bisa berbahasa sunda sekalipun masuk. Physicly? Well, this competition actually need well physicly. Sebenarnya gw jg sadar akan postur tinggi badan gw, tapi gw pikir ini enggak fair. Karena untuk menyisihkan para peserta hanya dinilai dari FGD? Dalam waktu 15 menit, so mana kesempatan untuk yang mempunyai bakat di bidang lain?. Seharusnya semua peserta dinilai dari berbagai sudut pandang, agar semuanya merasa adil. Well, ini mungkin bentuk kekesalan gw karena gw gak masuk, tapi gw mau ajak lo untuk berpikir, apakah mungkin seseorang yang tidak bisa berbahasa sunda masuk kebabak selanjutnya di kompetisi yang mengharuskan para finalisnya berbahasa sunda? Well, semuanya udah takdir Allah SWT. Td jg gw bilang men have a plan but god is laughing.
                Entahlah, what do u think bout me, gw punya quote dan selalu gw pegang sampai kapanpun, you still have another chance, but never be the same as the 1st chance. Makannya gw gapernah mau menyia-nyiakan kesempatan pertama. I will fight for I want for!
                Disatu sisi, gw diajarkan untuk kalah, agar gw bisa merasakan kemenangan nantinya. But kesungguhan dan kesempurnaan itu tidak akan pernah gagal jika dipersiapkan dengan matang. Jadi gw berasumsi persiapan gw belum matang benar, jika dibandingkan yang lain, mungkin peserta yang lain sudah mempersiapkan jauh jauh jauh hari dari yang gw sudah persiapkan.
                Klise ya gw, marah marah karena gak keterima, hehe. Tapi memang seperti itu kenyataannya, gw sekolah di sekolah swasta yang pengawasan system studi nya ketat, dan gw diajarkan untuk selalu melihat dari berbagai sudut pandang, “tidak berkacamata kuda” hanya melihat kedepan tanpa lirik kanan dan kiri. Science are never wrong and lie, aka nada seleksi alam, siapa yang kuat dialah yang bertahan, maka dari itu ketika gw dihadapkan pada suatu kondisi seperti tadi diceritakan gw, jadi berbalik 180 derajat, makannya gw marah marah, hehe. Untunglah gw dibesarkan di lingkungan yang menuntut kesempurnaan, ketertiban, ‘kesehatan’, dan keteraturan. Makannya di fakultas gw khususnya banyak yang lulus lebih dari 5 tahun untuk mendapatkan gelar sarjana aja. And the last, maaf untuk reader yang ada kaitannya dengan cerita diatas, I didn’t told the competition or any name that have a relation with this.
                Lu punya peluang yang sama di kesempatan yang sama, yang membedakannya hanyalah usaha lo dan campur tangan Allah SWT.