Monday 29 April 2013

something different

Entah apa yang ada dipikiran anak kecil itu pada saat itu, hanya duduk sendirian di taman bermain taman kanak-kanaknya, dan memakan makan siangnya sendiri. Entah apa yang ada didalam pikirannya setelah malaikat yang selalu mengantarnya pergi tersebut terbang ke tempat yang tak berbatas. Mengapa untuk buang air kecil saja ia malu ? sekedar hanya berjalan ke kamar kecil saja. Dan akhirnya celananya basah. Memang layaknya semut merah yang masuk pada koloni semut hitam. Walaupun ia tumbuh menjadi semut merah perkasa, tetap saja tinta pada kertasnya membekas. Ia berusaha untuk menjadi sama, ia mencoba men-cat tubuhnya menjadi hitam, namun tetap jiwanya tidak hitam. Merah. Hingga sekarang tetap merah. Menjadikan semut itu takut untuk kehilangan satu perhatian saja dari koloni barunya. Karena ia takut akan kesendiriannya terjadi kembali. Menjadikannya sangat lemah, namun tak ada satu semutpun yang mengiranya lemah. Tak seekor pun. 

Sekarang dari sini ia terlihat sedang berusaha membawakan 2 butir gula putih dengan susah payah untuk teman-temannya

even the largest objects in the galaxy isn't able to illuminate the earth at a time

Matahari tak pernah berhenti memberikan hantaran cahaya nya pada si bumi. Malam yang berganti hanyalah bumi yang enggan berdiam diri. Tak pernah ku dengar jeritan se menyeruak tadi, jeritan yang membasahi zat, bumi beserta isinya. Semua makhluk mahkluk terheran-heran ada gerangan apa yang terjadi. Segalanya berubah begitu cepat hingga rasanya terlambat untuk bangun dan mengejar cahaya. Jeritan itu mengalahkan cahaya. Jadi enggan untuk bergeliat. Aku dan ia sama-sama terpaku menamparkan kekuatan daya diri. Dunia ini begitu cepat bergerak, hingga tak sadar akupun ikut bergerak menjunjung kesempurnaan. Layaknya bumi yang enggan bersantai sejenak untuk berbaring. Ia pun terus berputar sehingga setiap guratan cahaya mengukir di bagian terdasar bumi. Gelap dan terang. Terang dan gelap. Aku ingin berhenti, agar semuanya ikut berhenti. Agar sejenak menikmati setiap helaan nafas, setiap pembesaran pupil, setiap gerakan kepala, setiap langkah kaki yang menuju pada keabadian. Cepat, cepat sekali kau bergerak, berhenti tolong, aku berkata berhenti dan tolong. Semuanya terlihat buruk, tidak baik. Aku hanya tak ingin menjadikan terangku menjadi gelapnya mereka. Namun tidak ingin menjadi tak berbayang. Bagaimana bisa cahayamu menyinari seluruh bagianku, wahai matahari. 

Ada seorang anak yang sedang menghafalkan bagian rumit pada pelajaran matematikanya; perkalian.