Friday 17 May 2013

waktu

Waktu itu hanya berbicara soal detik, menit, jam, hari, minggu, tahun. Terus terulang lagi. Andai waktu didalam sebuah jam tangan dapat kita atur sesuka hati seperti angka-angkanya yang dapat kita rubah. Tapi persoalannya bukan hanya waktu, setuju dengan persoalan tersebut menurut henry bergson. Waktu itu terbagi menjadi dua, time dan duration. Time dapat kita temui setiap hari, bahkan dalam setiap detik, menit, jam kita tidak dapat menghindarinya. Karena bumi terus berotasi dan berevolusi. Duration lah yang dapat berhenti, karena diisi dengan persepsi dan kesadaran. Andai dewa atlas itu benar-benar real, mungkin banyak milyader yang ingin membayar nya untuk menghentikan pergerakan bumi hanya sekedar beberapa menit saja. Klise ya bisanya cuma berandai-andai, bukan menghadapi dunia nyata. Waktu tidak bisa berandai-andai, waktu adalah milik semua orang. Semua orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Tapi hal inipun menjadi polemik, kita hidup di waktu yang sama namun mengapa setiap orang memiliki konteks untuk melewati waktu dengan berbeda ? Jawabannya adalah karena semua orang hidup. Semua bahkan mengedipkan mata di waktu yang berbeda-beda, atau hentakan diagfragma setiap manusia pun berbeda-beda sepersekian detik. Makannya setiap manusia tidak pernah bisa menceburi sungai yang sama dalam keadaan yang sama dua kali. Waktu terus berjalan dan berlalu, mengejar kesempurnaan yang maha agung, hingga tibalah saatnya waktu memiliki ujung dan kemudian berhenti 

No comments:

Post a Comment