Waktu itu hanya berbicara soal detik, menit, jam, hari, minggu, tahun. Terus terulang lagi. Andai waktu didalam sebuah jam tangan dapat kita atur sesuka hati seperti angka-angkanya yang dapat kita rubah. Tapi persoalannya bukan hanya waktu, setuju dengan persoalan tersebut menurut henry bergson. Waktu itu terbagi menjadi dua, time dan duration. Time dapat kita temui setiap hari, bahkan dalam setiap detik, menit, jam kita tidak dapat menghindarinya. Karena bumi terus berotasi dan berevolusi. Duration lah yang dapat berhenti, karena diisi dengan persepsi dan kesadaran. Andai dewa atlas itu benar-benar real, mungkin banyak milyader yang ingin membayar nya untuk menghentikan pergerakan bumi hanya sekedar beberapa menit saja. Klise ya bisanya cuma berandai-andai, bukan menghadapi dunia nyata. Waktu tidak bisa berandai-andai, waktu adalah milik semua orang. Semua orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Tapi hal inipun menjadi polemik, kita hidup di waktu yang sama namun mengapa setiap orang memiliki konteks untuk melewati waktu dengan berbeda ? Jawabannya adalah karena semua orang hidup. Semua bahkan mengedipkan mata di waktu yang berbeda-beda, atau hentakan diagfragma setiap manusia pun berbeda-beda sepersekian detik. Makannya setiap manusia tidak pernah bisa menceburi sungai yang sama dalam keadaan yang sama dua kali. Waktu terus berjalan dan berlalu, mengejar kesempurnaan yang maha agung, hingga tibalah saatnya waktu memiliki ujung dan kemudian berhenti
Friday, 17 May 2013
Tuesday, 7 May 2013
adults are not whiners
Judul diatas pernah saya posting menjadi salah satu tweet pada akun twitter saya. Menjadi dewasa tidaklah sepenasaran jika anda ingin beranjak dewasa jika pada sata itu anda ada pada stage remaja awal. Semuanya serba dicoba, trial and error terus menerus. Namun rasa tersebut menjadi hal yang bertolak belakang dengan apa yang dirasakan oleh manusia yang ada di fase transisi. Semua bayang-bayang tugas menjadi orang dewasa sangatlah personal. Segalanya memiliki pertanggung jawaban atas diri sendiri. Tidak pandang bulu, dari priyai hingga tunawisma.
We never know with what would happen in the next day..
Saturday, 4 May 2013
once upon a time at the high place
Sekarang banyak mahkluk lainnya yang mencibir keberadaanku. Terutama makhluk-makhluk tinggi yang aneh tersebut. Jadi enggan untuk berkelana melompat-lompat senang ria. Tidak hanya ketakutan namun keberadaanku bisa saja membunuh diriku sendiri. Jadi lebih baik terdiam. Suatu hari di masa laluku, pernah menjadi mahkluk yang menggemaskan makhluk-makhluk tinggi tersebut, namun bentuknya agak pendek, dan mereka sering sekali menangkapku. Tapi ragakupun tidak kuasa untuk menolak pertumbuhan alamiah menjadi diriku yang sekarang. Tak apalah, yang terpenting aku pernah membahagiakan makhluk-makhluk tersebut di masa lalu. Namun aku sebenarnya tak akan menganggu siapapun, jika keberadaanku tidak diganggu. Bahkan walaupun makhluk lain menyerangku, aku tak kuasa untuk membalasnya. Biarkan saja aku menjadi damai, padahal tubuhku tak seburuk yang mereka kira.
Aku baru saja menghampiri bunga mawar tersebut. Bunga ini adalah bunga favoritku, banyak sekali air didalamnya. Syukur yang hanya bisa aku katakan dan lakukan, karena bagaimana bisa kebutuhanku kini dapat bisa membantu penyerbukan pada bunga-bunga yang aku hinggapi. Jadi aku tak perlu mengakhiri usia makhluk lain untuk memperpanjang usia diriku sendiri. Dulu aku pernah berangan-angan dan tak henti berdoa untuk mewujudkan angan-angan tersebut. Seluruh makhluk mencibir dan membunuhku, mereka kira aku akan membunuh mereka, bagaimana bisa makhluk kecil sepertiku dapat membunuh mereka dalam hitungan detik. Bahkan untuk berjalan saja aku membutuhkan beberapa menit dalam jangkauan puluhan sentimeter saja. Kala itu aku tertidur lelap dan panjang sekali. Baru aku sadari setelah aku bangun dan terkagum-kagum saat melihat raga diriku sendiri dalam genangan air.
Anak kecil tersebut mengatakan apa yang ibunya katakan bahwa setiap detik hembusan nafas, setiap kali kedipan mata, setiap kali air mengalir harus patut disyukuri. Karena tak ada seorangpun yang dapat memprediksi apa yang terjadi esok hari bahkan satu menit kedepan. Saat anda menjadi bagian roda atas yang mendapat giliran untuk bersantai dan dapat melihat apapun yang ada disekelilingnya jangan terlalu terngiang dan lupa waktu karena sebentar lagi dirinya akan menjadi bagian roda bawah kembali. Kemudian janganlah bersedih dan berputus asa karena dirimu akan menjadi bagian roda atas wahai roda bawah. Hidup ini terus berputar nak.
Aku terus teringat apa yang dikatakan ibu dimasa itu, namun aku seringkali berpikir bahwa kali ini pepatah yang mengatakan orang yang dapat diajak untuk bersenang-senang itu mudah ditemukan, yang diajak bersulit-sulit lah justru yang sulit dijumpai. Hal ini berbalik begitu saja, banyak orang yang dapat diajak untuk bersedih senja, namun sekarang tak banyak orang yang ingat untuk mengajak orang lain dalam merasakan kebahagiaan.
Kedua makhluk itu tak pernah menyalahkan takdirnya, ia hanya ingin dimengerti oleh makhluk lainnya, begitupun anak tersebut ketika ia tumbuh dewasa
Friday, 3 May 2013
Basa dan basi
Kian hari kian terlihat mana sebenarnya orang yang tulus dan tidak. Which mean yang tidak adalah hanya saat ada butuhnya saja ia mendekat, jika tidak s/he fade away. Saya mungkin orang yang senang berbasa basi, tapi bukan berarti saya flatterer. Saya dibesarkan di keluarga yang penuh akan affection. Ibu dari keluarga sunda yang sudah jelas banyak berbasa basi. Tamu yang datang kerumah saja disuruh mencicipi makanan dirumahnya a.k.a makan oleh ibu, tidak pandang bulu, tidak pandang waktu yang dimiliki tamu. Salah juga memang, tapi itulah Ibu kakak tertua dari ke sembilan adiknya yang berdarah sunda asli. Setelah mengenyam pendidikan saya majoring in psychology di tahun keempat ini saya jadi sering memikirkan terus menerus mengenai family matter di keluarga besar saya. Jadi obrolan saya ini bukan karena omong kosong belaka. Ibu yang diajarkan oleh kakek nenek saya a.k.a ibu dan ayah dari ibu untuk selalu sopan dan santun kepada orang lain. Jika berbicara hal yang baiknya saja sudahlah itu memang baik, namun hal tersebut terkadang saya rasakan kerugiannya. Bukan persoalan materi, tapi waktu. Entahlah, saya adalah produk di jaman sekarang dan tidak murni keturunan darah sunda asli. Terkadang memang harus kita berbasa-basi tapi adakalanya juga tidak perlu. Namun bukan berarti tidak perlu begitu saja, maksudnya tidak perlu yang berlebihan. Menjadikan orang-orang yang ada dirumah harus selalu menjunjung tinggi tamu datang. Sampai-sampai aktivitas saya sendiri harus saya hentikan sejenak, sudah mengganggu bukan ?
Ayah saya merupakan asli keturunan jawa tulen, kampungnya ada di solo. Namun ayah saya sudah hijrah ke bandung semenjak SMA bersama keluarganya. Pribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung ternyata tidak berlaku untuk Ayah saya, karena walaupun ia tinggal di tatar sunda, tetap saja ketika masuk kerumah semuanya serba berbau adat jawa, maksudnya kebiasaan life matter. Ayah saya tahu takaran basa basi yang seharusnya dilakukan pada siapapun. Sejujurnya saya senang akan pola ini, namun ia tidak bisa bersikap lembut dan hangat kepada siapapun, hanya beberapa orang saja. Terkadang ketika seseorang bersikeras untuk mempertahankan apa yang merekat pada dirinya tidaklah menjadi baik. Apapun keadannya terkadang seseorang perlu merubah pola sikapnya karena keadaan seseorang diluar sanapun pasti akan merubah pola sikapnya terhadap kita. Jadi jika demikian akan imbang bukan ?
Sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Saya dijadikan patokan akan keberhasilan keluarga dari ayah saya. Bagaimana tidak, semua anak dari adik ayah telah berhasil baik itu di dunia pekerjaan maupun pendidikan. Sebagai anak laki-laki saya tidak suka untuk melukai siapapun, maka dari itu saya selalu menjawab "ya" pada setiap permintaan yang ditujukan pada saya. Saya pikir ini adalah hasil dari pola asuh yang diterapkan kepada saya. Selain itu juga saya orang yang gila hormat, bukan berarti saya sangat ingin dihormati. Tapi sebaliknya saya sangat menghormati pada siapapun sosok otoritas. Unik ternyata budaya yang diturunkan dari ayah dan ibu saya, yang kemudian menghasilkan sifat pada diri saya. Hal ini menjadikan saya sangat senang untuk berbasa-basi. Namun saya garis bawahi lagi bahwa saya bukanlah flatterer. Menurut saya basa basi yang cukup itu baik, hal ini seperti pembukaan yang baik jika kita diminta untuk membuat percakapan dalam mata pelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar. Ya, ataupun sebagai welcome speech yang sering dilakukan oleh master of ceremony pada acara-acara. Atau sebagai 1st impression pada situasai apapun dan siapapun orangnya. Namun saya tidak habis pikir pada orang-orang yang tidak memiliki manner yang straighly to the point. Saya mengerti bahwa tidak ada satupun orang yang diciptakan sama, semuanya berbeda. Namun need to underline tidak semua orang bisa menerimanya. Basa basi berlebihan memang tidak diperlukan, yang terpenting kita tahu porsi mana yang sesuai dengan orang yang kita hadapi untuk berbasa basi.
Wednesday, 1 May 2013
dewasa
Baru tahu makna dari orang spesial itu penting buat orang dewasa, entah itu kerabat, keluarga hingga orang yang dicinta. Karena permasalahan-permasalahan yang dimiliki orang dewasa sudah cukup menyita banyak waktu, tenaga, materi sampai pikiran. Hari-hari mereka dilalui dengan hal yang sama seperti itu, monoton. Maka dari itu penting punya waktu luang di akhir pekan. Entah itu beristirahat atau menghabiskan waktu bersama orang orang spesialnya. Hal terpenting adalah merasa orang-orang terdekat selalu ada untuk mereka sudah cukup rasanya, yang terpenting adalah rasa kebersamaannya. Konteks aktivitasnya bisa apa saja. Maka dari itu orang dewasa membuka banyak koneksi bagi bisnisnya, tapi sulit untuk orang-orang terdekat. Mereka akan terus bersama orang-orang terdekat dengan ikatan emosional yang sudah terbangun sejak lama. Gampang untuk mencari teman sekedar berbagi cerita, yang sulit yang long lasting. Sudah tidak ada persoalan untung atau rugi bagi mereka, yang terpenting adalah saling memenuhi kebutuhan setiap orang terdekatnya, yang masih bisa dikerjakan akan mereka lakukan. Tapi bukan berarti yang tidak bisa dikerjakan, akan dilepaskan begitu saja. Dilepas setelah usaha yang serius sudah buntu, apa dikata. Semakin hari akan gugur satu persatu siapa sebenarnya yang sesuai. Layaknya remaja, mereka tidak perlu tempat mewah untuk bercanda gurau atau bersedih senja. Hal terpenting adalah seberapa penting diri kita dimata mereka, hingga yang menentukan penting atau tidak jumlah dari anggota yang tidak pernah berkurang untuk selalu menepati janji di akhir pekan untuk menghabiskan waktu. Mereka tidak butuh komunikasi yang menetap terus menerus. Terkadang jika demikian, bosan yang tersisa. Anda tahu ? hal ini diibaratkan layaknya kisah termahsyur anjing hachiko di jepang yang setia terhadap tuannya. Ini perumpamaan bagi mereka yang memiliki ikatan emosional dengan siapapun. Hachiko tidak berbicara, atau bahkan dapat menyelesaikan permasalahan tuannya, yang terpenting adalah keberadaannya yang menenangkan sudah cukup. Mereka akan siap sedia menangkap jikalau kita terpelanting sangat jauh. Layaknya bintang, mereka tetap ada walaupun malam berganti siang, atau malam berganti awan mendung. Tapi persoalan demi persoalan muncul, hal tersulit ada pada masa-masa transisi menuju kedewasaan itu sendiri. Tidak usah mempermasalahkan orang terdekat dahulu. Permasalahan yang menjadi tanggung jawab sendiri kian hari kian bertambah.
Hal terpenting adalah saat menjadi dewasa bersama orang-orang terdekat yang mengerti keadaannya.
Subscribe to:
Posts (Atom)